Kisah Penenun Ulos Gobar Kecamatan Silahisabungan

Kisah Penenun Ulos Gobar Kec. Silahisabugan


Ulos Gobar yang berasal dari desa Silalahi, Kecamatan Silahisabungan memiliki banyak kisah, tak hanya satu, namun ada beberapa kisah tentang Ulos yang satu ini !

Penenun Ulos Gobar - Silalahi Projects


Dalam artikel kali ini, admin #SilalahiProjects akan membagikan kisah unik yang dialami penenun Ulos Gobar yang berasal dari Desa Paropo Kecamatan Silahisabungan, kisah ini diuraikan via lisan oleh orang yang mengalami kejadian langsung kepada admin, adalah Ibu E. Tamba seorang ibu rumah tangga yang memiliki 8 orang anak, bersama dengan suami tercinta bapak S. Manalu. 

Kisah bermula ketika kebutuhan akan pendidikan dan kebutuhan dapur rumah tangga kala itu dalam kesulitan, seperti sebelumnya para penenun ulos, baik Ulos Gobar, Ulos Polang Polang dan juga ulos jenis lainnya harus menjual hasil tenunan mereka kepada tengkulak, tentu  juga proses penulakan ini memiliki harga yang berbeda bila si penenun mampu dan atau bisa memjualnya langsung kepada si pengguna (end user). Menimbang & menilai akan besarnya kebutuhan untuk pendidikan anak anak dan juga kebutuhan dapur rumah tangga, Ibu Tamba kemudian memutuskan untuk mencoba mencari secara langsung orang yang kemungkinan akan mau membeli Ulos Gobar hasil tenunannya, dengan harapan semoga harga yang didapatkan lebih tinggi dari harga menulakkannya kepada Tokke*.

Baca juga :

Detik berlalu, menit terus melaju...

Ibu Tamba kemudian bergerak bersama dengan saudaranya, kemudian memulai perjalan dari Desa Paropo menuju Desa Silalahi, dimana umumnya Desa Silalahi lebih banyak orang yang lalu lalang, singkat cerita, kemudian mereka berjalan dan mulai berjajalkan Ulos Gobar hasil tenunannya secara langsung kepada beberapa orang yang mereka temukan secara acak, namun belum seperti yang diharapkan, jangankan di tawar, ditanya harga saja tidak !. demikian kata Ibu Tamba ketika bercerita kepada admin sembari seolah kembali kemasa sulit waktu itu, sempat memang mereka kemudian ingin mencoba mengarahkan hasil tenunan Ulos Gobar tersebut kepada tengkulak, namun kemudian niat itu dibatalkan karena dipastikan harga jual Ulos Gobar dari tengkulak saat itu hanya Rp. 800.000,- saja, sementara kebutuhan Pendidikan anak anak dan Kebutuhan dapur saat itu sama - sama urgent!.

Lalu, Ibu Tamba kemudian mencoba untuk merelakan dan mengutamakan kebutuhan untuk pendidikan anak anaknya, alhasil dia kembali lagi teringat akan anaknya yang masih kecil, dimana keadaan saat itu beras untuk dimasak sore ini juga sudah tidak ada!, Ibu Tamba kemudian berdoa, dan sesekali tanpa sadarnya doa itu seolah terucap dan tanpa sadar keluar dari bibirnya.

Baca Juga :


Tepat di Desa Silalahi I, persis di daerah Godang, Kreta (Sepeda Motor) mereka kemudian di berhentikan oleh seseorang yang sama sekali tidak mereka kenal, dan kemudian terjadilah komunikasi antara Ibu Tamba dengan orang tersebut, katanya...

Ibu Tamba : Ou, aha ito...? (Iaa ito, ada Apa ?)

No Name : Ai Namanukkun Majo au ito, ai didia do di botoho hamu inganan lao manuhor Ulos Gobar? 
(Saya mau numpang tanya ito, dimana ito tau tempat Membeli Ulos Gobar...?)

Ibu Tamba : Ulos Gobar? ai ditanda halak ito do nian rupa ni Ulos Gobar kan?
(Ulos Gobar, tapi ito taukan bentuk dari Ulos Gobar itu?), 

*Ibu Tamba bertanya dengan tujuan ingin menunjukkan langsung Ulos Gobar yang sejak awal di peganginya dalam sebuah plastik yang dijadikan sebagai pembungkus hasil tenunannya.

No Name : Huttada Ito...! (Ya, saya kenel ito...)

*Ibu Tamba kemudian dengan tenang namun gerak tegas, membuka plastik yang ditutup seadanya, dan kemudian berkata....

Ibu Tamba : Ulos na Songonon do na di lului munaikan ito...? (Ulos yang Seperti seperti ini yang anda cari itu bukan ito?)

*No Name kemudian melihat sedikit sisi Ulos Gobar, kemudian membalikannya beberapa kali seolah-olah bentuk ulos itu memang tidak asing baginya....

No Name : Olo ito, ondo... Nion do na hulului nami i... (Ia ito, ini yang saya cari...)

*No Name kemudian memandangi Ibu Tamba dan ulos itu secara bergantian,

No Name : Sadia ma arganion ito? (Berapalah harganya (Ulos Gobar) ini ito?)

Ibu Tamba : Nion... (ini...) 
*Ibu Tamba Membalas dengan lada sedikit berhenti, 
Ibu Tamba : Molo nion,  (Kalau ini,) 
(Kata Ibu Tamba sembari memegang Ulos Gobarnya)
Sajuta Onom Ratus ma on ito...! 
(Kalau ini, Rp. 1,6 Juta ito.)

"Nian, dibagas rohakku mardosa do au maddok arga na i, alai tahe, Tuhan ibotoho do nuaeng na hualani, Begitu Ibu Tamba menuturkan ceritanya kepada Admin "

No Name : Olo ito, alai dang holan sada di au... 
(Baik Ito, tapi bukan cuma satu kebutuhan yang saya butuhkan...)

*Ibu Tamba semakin bersyukur dan dengan nada semangat, dia kemudian membalas NN dengan bertanya.

Ibu Tamba : Piga do ito? (Jadi butuh berapa ito?)

No Name : Onom nian ito, lima nai ma berarti... 
(Enam maunya Ito, Berarti Lima lagi yang kurang...)

Ibu Tamba : Ikkon Sonari do ito na hurang na i? 
(Harus sekarang ito yang kurang 5 lagi itu?)

*Ibu Tamba menanyakan hal itu, dengan opsi, bila ia... dia akan membawa kepada Tokke* langganannya tempat biasa dia menulak hasil tenunannya.

No Name : Daong ito, dan sonari, dua Minggu nai 
(Tidak ito, bukan harus sekarang, tapi 2 Minggu lagi)

Ibu Tamba : Oh...! Buti, ihutton nasiham ma hanami, asa lao hita hujabutta 
(Oh, Kalau Begitu, mari ikutin saya, kita berangkat ke rumah)

Kemudian NN bersama rombongan yang ternyata membawa kendaraan roda empat (Mobil) mengikuti Ibu Tamba dari Desa Silalahi Menuju Desa Paropo dengan jarak tempuh + 15 Menit,

"Alani soppit ni jabutta ito, tindang ma deba halaki..."
(Karena Rumah (kontrakan) kita sempit wakti itu ito, berdirilah mereka sebagian),

seleleng beberapa waktu setelah situasi sudah mulai menyatu, kemudian NN dan rombongannya meminta si Ibu Tamba untuk duduk dan saling berhadap-hadapan dengan mereka, kemudian menyerahkan Napuran Tiar** Na dan berkata,

No Name : Nion ito, jalo hamu ma napuran tiar on, asa tiar jalan denggan hamu manonon, makkarejohon sikarejoan muna.
(Ini ito, terimalah Napuran Tiar dari kami, biar lancar segalanya selama ito mengejakan pesanan kami (Menenun Ulos Gobar yang mereka mintakan)).

Selepas itu, diserahkan uang senilai harga Ulos Gobar yang sudah di sepakati, serta turut juga di berikan Down Payment (Panjar) untuk proses pengerjaan 5 pesanan berikutnya, alhasil masalah uang Pendidikan anak anak Ibu Tamba & Juga Masalah dapur teratasi,

setelah waktu yang di tentukan, kemudian keluarga NN datang kembali dan melakukan proses serah terima Ulos Gobar disertai dengan diberikannya Napuran Tiar oleh NN dan rombongan, sembari menyatakan sedikit kalimat singkat,

No Name : Nion ito, jalo ma Napuran nami on... asa adong lao pakkeon muna lao maridi.
(Terimalah ito, biar ada untuk ito gunakan untuk nantinya mandi)

Dalam Napuran Tiar yang diserahkan sebesar Rp. 500.000,- ini adalah nilai diluar dari 5 Ulos yang ditenun. 

Sejak saat itu, kemudian Ibu Tamba Menyadari bahwa sudah sepatutnya dia mensyukuri segala hikmah dan rejeki dari pada sang Pencipta, dimana sebelum kejadian tersebut, Menurut pengakuat ibu Tamba, dia tidak pernah melakukannya.

Silalahi II, 07 April 2022
Sumber : Ibu Tamba / Bpk. S. Manalu (Dari Desa Paropo)


*Tokke = Pengepul, Tengkulak
**Napuran Tiar = Tradisi Adat Batak dengan memberikan Sirih (Mnyimbolkan permintaan) yang biasanya diberikat/dilakukan di acara-acara khusus.

"Mohon maaf bila ada kesalahan dalam pengetikan atau pun pengartian, keabsahan cerita bisa ditanyakan langsung kepada si pemilik pengalaman yang beralamat di Desa Paropo atas Nama E. Boru Tamba (Penenun Ulos Gobar di Desa Paropo)"

Diposting Oleh : Admin

Bagikan ke:

1 Komentar

  1. Silahkan disampaikan komentar di kolom komentar ini.
    Terima kasih, Mauliate, Horas...!

    ReplyDelete